Pernahkah
Anda mencicipi menu makan sederhana murah meriah bernama tempe penyet?
Di Jawa menu ini sangat populer. Biasanya ditemani menu penyet lain,
seperti lele penyet, ikan penyet dan ayam penyet. Menu ini tersedia di
warung-warung tenda di pinggir jalan, terutama di daerah-daerah kampus
perguruan tinggi di kota Jogja, Solo dan sekitarnya.
Kalau di antara Anda menyukai hidangan pedas yang maknyus,
tapi tidak bikin kantong tipis, maka tempe penyet pilihannya. Cukup
merogoh kocek duaribu lima ratus rupiah saja, Anda sudah mendapat nasi,
dua tempe goreng yang dipenyet (dilumat kasar) yang diberi sambal dan
lalapan. Tidak heran karena harganya yang murah meriah, tempe penyet
menjadi menu wajib para mahasiswa, terutama di akhir bulan. Dan menu ini
enak sekali kalau disantap panas-panas. Hmm, yummy.... Tapi awas dengan
lidah Anda, bisa kebakaran....
Dulu
sewaktu Anda kecil, seringkali Anda mengganggu ibu Anda di dapur.
Kebiasaan jeleknya, Anda sering merengek-rengek minta makanan yang
sedang dimasak ibu Anda. Bayangkan jika suatu saat ibu Anda menggoreng
tempe, lalu Anda merengek minta tempe yang sedang di penggorengan. Apa
yang terjadi? Apakah ibu Anda mengabulkan permintaan Anda? Saya rasa
tidak, ibu manapun tahu, bahwa tempe itu panas sekali, kalau diberikan
dan Anda makan tempe itu, pastilah Anda justru akan menangis kesakitan
akibat tempe yang masih panas itu Anda makan begitu saja, tanpa mau
menunggu dingin, bukan?
Pernahkah
Anda merenungkan bahwa kadang kala kita bertindak demikian terhadap
Tuhan. Kita berdoa dan meminta sesuatu kepada Tuhan. Waktu berjalan,
Anda mulai kehilangan kesabaran, karena doa Anda belum juga terjawab.
Anda makin merengek-rengek, makin kencang berdoa, tapi pintu surga
seolah-olah tidak bergerak bagi Anda. Tetap terkunci. Anda mulai
frustasi. Marah-marah. Kecewa. Bahkan mulai kendor kepercayaan Anda pada
Tuhan. Dan Anda pun mulai menyalahkan Tuhan.
Tahukah
Anda, bahwa pada saat-saat seperti itu sebenarnya Tuhan sedang
bertindak seperti ibu Anda tadi. Tuhan sangat tahu bahwa apa yang sedang
Anda minta belum saatnya untuk diberikan kepada Anda. Karena kalau
permintaan itu dipaksa diluluskan, Anda akan kepanasan, kesakitan. Pemberian itu bukan menjadi berkat, tapi malapetaka bagi Anda. Jadi atas segala permohonan Anda, Tuhan tahu waktu yang tepat.
Jadi jika Anda berdoa untuk sesuatu hal, yang perlu Anda kerjakan adalah pertama, mempercayai Dia. Percaya bahwa doa Anda sudah Ia dengarkan. Tuhan selalu online, Ia
tidak terlalu sibuk untuk mendengarkan permintaan Anda. Percaya juga
bahwa Ia mampu melakukan segala sesuatu. Tuhan telah memberikan nyawa
anakNya (Roma 8:32). Tuhan juga yang menciptakan langit dan bumi
(Kejadian 1:1). Kata Ibrani bara yang dipakai dalam Kejadian
untuk kata menciptakan itu bermakna menciptakan dari sesuatu yang
sebelumnya tidak ada sama sekali. Tuhan sanggup memberikan jawabanNya.
Kepercayaan
tidak akan ada artinya jika Anda tidak bersikap tenang (ay 15). Jadi
selanjutnya sebaiknya Anda banyak berdiam diri. Jangan cepat panik kalau
doa Anda belum dijawab empat tahun ini. Abraham baru dijawab doanya
sewaktu ia berumur seratus tahun (Kejadian 21:4-5). Orang lumpuh yang di
tepi kolam Betesda pun akhirnya mengalami kesembuhan setelah lumpuh
selama tiga puluh delapan tahun (Yohanes 5).
Dalam
masa berdiam diri, ada baiknya Anda banyak merenungkan firman Tuhan yang
berkaitan dengan kebutuhan Anda. Gumuli firmanNya dan simpan
kebenarannya. Jika Anda mulai tidak fokus dan mulai panik, kembalilah
pada firman Tuhan yang Anda dapat dan renungkan kembali. Itu akan
membuat Anda fokus dan terangkat iman Anda. Terus arahkan mata Anda pada
Tuhan dan teruslah memuji akan kemenanganNya. Jika Anda berhasil, Anda
akan memperoleh tidak hanya jawaban doa Anda tapi Anda juga akan
memperoleh sertifikat kesabaran dari Tuhan. Dan itu jauh lebih baik
ketimbang jawaban doa yang Anda nanti-nantikan karena area kesabaran
sedang diperluas Tuhan dan karakter Anda dibentuk lebih sabar.