“Bersukacitalah
senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan : Bersukacitalah!” (Fil 4 : 4)
Betapa sering
kita berandai-andai: “O, alangkah bahagia dan sukacitanya, jika saya...”. Anda
bisa mengisi titik-titik tersebut dengan apa saja, misal: punya banyak uang,
punya rumah bagus, masuk sekolah yang bagus, punya hp bgus,dsb. Tidak
habis-habisnya daftar pengandaian kita. Seandainya pun kemudian ada di
antaranya yang dapat kita miliki, kita bersukacita sebentar, setelah itu mulai
beranda-andai lagi. Sukacita seperti itu sangat tergantung dengan sesuatu yang
fana. Saudara saudari, Tuhan menjanjikan sukacita yang abadi. Apa alasan
sukacita kita??
Pertama, besukacitalah karena
nama kita tercatat di surga (Luk 10:20). “Namun
demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi
bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga”. Saudara-saudari,
sering tanpa sadar kita bersukacita dan menyombongkan diri ketika kita merasa
diri lebih rohani, lebih baik, lebih pandai, lebih kaya, dll dari pada lainnya.
Diam-diam kita bersukacita ketika membandingkan kekayaan kita dengan yang
lainnya. Atau bahkan, kita tanpa sadar berkata: “O, untung bukan rumah saya
yang terbakar!” atau “O, untung bukan saya yang di marahi!”, dsb. Hari ini mari
kita bersama-sama berubah. Sukacita kita seharusnya bukan di atas penderitaan
orang lain tapi karena penderitaan/pengorbanan Yesus Kristus bgi kita di kayu
salib, kita beroleh keselamatan dan nama kita tertulis di surga.
Kedua, bersukacitalah karena
nama Kristus, orang membeci kamu (Luk 6:22-23).”Berbahagialah kamu,jika karena Anak Manusia orang membenci
kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu
sebagai sesuatu yang jahat. Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah,
sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek
moyang mereka telah memperlakukan para nabi”. Dalam hidup ini kita tidak dapat
memastikan bahwa semua orang menyukai kita. Ada yang mengasihi, ada yang
membenci. Jika mereka membenci karena kelakuan kita yang negatif dan tidak
membangun, kita harus bertobat dan berubah. Tapi, jika mereka membenci kita
karena kita mengasihi Yesus, bersukacitalah. Yesus sendiri dibenci, bahkan
dianiaya oleh orang-orang sebangsanya, bahkan oleh imam-imam kepala dan ahli
taurat.
Saudara-saudari, kita berada
di lingkungan masyarakat yang belum mengenal Tuhan. Mereka bisa saja membenci
kita karena berbeda keyakinan dan kita tidak mau diajak berkompromi untuk
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Firman Tuhan. Kita harus tetap
mengampuni dan tidak boleh balas membenci. Apapun yang terjadi, kita harus
berusaha dengan pertolongan dan hikmat Roh Ruan, untuk dapat bertutur dan
bersikap baik. Sebab (Roma 12:17,21).
Ketiga, bersukacitalah karena
Tuhan dan di dalam Tuhan, bukan karena berkat-berkat Tuhan (Maz 37:4). “dan bergembiralah karena Tuhan; maka Ia akan memberikan kepadamu apa
yang diinginkan hatimu”. Pemazmur Daud bukan hanya mengajarkan, tapi juga
melakukan dalam kehidupannya. Ia tidak marah ketika orang, bahkan anaknya
sendirin berbuat jahat kepadanya. Sukacitanya diarahkan kepada Tuhan dan hanya
karena Tuhan saja. Tidak heran, Tuhan menyebutnya sebagai “sebagai seorang yg berkenan di hati-Ku dan melakukan segala
kehendak-Ku” (Kis 13:22).
Contoh orang yang bersukacita
karena Tuhan adalah Paulus (Fil 1:13). Disitu dikatakan Paulus dipenjarakan
bukan karena melakukan kejahatan tetapi karena memberitakan injil. Namun
demikian, di tengah penderitaan karena nama Yesus, ia tetap berdoa bagi jemaat
dengan sukacita. Penjara dapat menghalangi kebebasannya secara fisik, tapi
tidak menghambat kemerdekaan dalam jiwa dan rohnya, sukacitanya meluap. Paulus
tidak mengeluh atau minta dikasihani, tetapi sebaliknya mendorong jemaat untuk
tetap bersukacita didalam Tuhan.
Saudara saudari, sukacita
karena berkat-berkat Tuhan cepat berlalu, tapi jika sukacita kita karena Tuhan
dan didalam Tuhan, maka sukacita kita tidak dapat dihancurkan oleh apapun. Mari
kita buka Habakuk 3:17-18. Disini kita dapat mencontoh Habakuk. Habakuk tetap
bersukacita, bahkan bersorak-sorak di dalam Tuhan di tengah keadaan krisis
ekonomi. Tuhan, sumber sukacita kita sanggup memberikan jalan keluar tepat pada
waktunya. Saudara-saudari, hanya Yesus yang dapat menghapus air mata kesedihan
kita menjadi mata air sukacita yang melimpah di hati kita. oleh sebab itu
tetaplah bersukacita.
Renungan harian Ponorogo Youth Network
Sumber : Renungan Harian Wanita Tahun 2006.
Sumber : Renungan Harian Wanita Tahun 2006.